Jangan Buat Agama Sebagai Kedok Penghapusan Dosa

Diskusi Petang Mr. X & Y

“PEMUDA INDONESIA CERDAS YG RELIGIUS”

Momen ” PILPRES” sekarang menjadikan para agamawan sebagai pihak yg cenderung mempengaruhi public voting.tapi perbedaan pendapat antara Agamawan 1 dan yg lain membuat rakyat bingung. semisal : agamawan 1 Said ” saya Pilih no 1 karena No 1 yg hadir dalam ISTIKHOROH saya” Sedangkan Agamawan 2 said ” saya pilih No 2 karena No 2 hadir dalam ISTIKHOROH saya”

Rakyat dibuat bingung,,Mana mungkin ada 2 pilihan yg sama” unggul sedangkan Kursi Presiden hanya 1. Ini Istikhoroh agamawan sbg landasan petunjuk Atau Agama dimanfaatkan dalam dunia Politik????

Mr. X Tanya : Trus Bagaimana Istikhoroh untuk Menentukan Pasangan diantara 2 pilihan???? Masihkah Istiokhoroh Berlaku???kadangkala banyak Istokhoroh yg menyakitkan pasangan dengan landasan “Istikhoroh saya buruk terhadap anda maka saya harus meninggalkan anda???? ”

Mr. Y Jawab : Istikhoroh itu berlaku asalkan Istikhoroh itu dilakuakan diAWAL sebelum kita menjalin hubungan dengan pasangan.. Jika istikhorohnya bagus maka lanjutkan dengan perkenalan ke-2 keluarga niatan ingin menjalin hubungan serius sampai jenjang pernikahan… TETAPI jika kita menjalin hubungan tersebut setelah sekian lama dan baru mengatakan “ISTIKHOROH KU GAK BAIK BUAT KITA” Sehingga saya akan meninggalkanmu. Itu bukan Istikhoroh kita yang salah tetapi bisa jadi ISTIKHOROH tersebut sebagai PENGALIHAN TANGGUNG JAWAB agar kita bisa meninggalkan pasangan kita dengan pembelaan agama agar kita tidak menyakitinya secara langsung.

Mr X Tanya Lagi: Apakah Agama itu sebagai alat untuk menyakiti orang lain?? kalau begitu tak perlu kita beristikhoroh lagi agar kita bisa belajar bertanggungjawab dengan pilihan kita dan tak menyakiti orang lain.Katanya AGAMA kita pula mengatakan Allah membolakbalikkkan hati hambanya??? Kalau hati kita sudah tidak suka, kita tinggal tinggalkan saja begitu???

Mr Y menjawab dengan Tegas : Bukan Agama yg salah dan agama tak pernah menyakiti orang lain.Tapi manusia mempolitiksasi keadaan sehingga agama sebagai kedok topeng PENGHAPUSAN DOSA jika ingin serius ya harus sungguh2. Eitz Istikhoroh itu penting karena Allah menyuruh hambaNya untuk selalu meminta petunjuk kepadaNya.. Asalkan istikhoroh itu dilakukan diawal hubungan bukan di tengah suatu hubungan,Setelah istihoroh itu bagus yah dilanjut dengan perkenalan keluarga .Tetapi jika tidak bagus maka jangan dilanjut Hubungan itu. Kalau di tengah Hubungan dengan sekian lama dirajut Trus Mengatakan ISTIKHOROH SAYA JELEK,, ITs BULSHIT itu hanya PENGALIHAN TANGGUNGJAWAB Untuk meninggalkan pasangan & itu sangat menyakiti perasaan pasangan yang kita tinggalkan. Otomatis agama kita itu melarang untuk menyakiti dan mendzolimi Orang lain…Tentang Allah yang membolak balikkan hati manusia itu SEBENARNYA hati manusia itu dapat di Asah, dan dapat dipertahankan dengan MENJAGA HATI Masing” Orang yang sudah menikah saja tentu dihinggapi rasa bosan terhadap pasangan apalagi yang hanya berkenalan???? berilah sedikit bumbu2 menarik agar tidak bosan, Masa’ setiap rasa bosan Kita harus PINDAH PASAGAN??? Agar tidak menambah kegelisahan Segerlah Menjalin Ikatan SAH dalam bingkai PERNIKAHAN

Mr X : Jadi AGAMA Bukan sebagai alat pembelaan yah?? tetapi AGAMA HARUS DITEMPATKAN Sebagaimna tempatnya,, Agar kita tidak mendzolimi agama, diri sendiri dan orang lain… trus bagaimana kalau kita telah terlanjut dengan keadaan seperti ini?? Sangat Menyakitkan bagi yang ditinggalkan dan sangat Tak bertanggungjwab dan berprikemaunisaan bukan???

Mr. Y : saling Intropesi dan memafkan satu sama lain… jangan mengingat hal2 buruknya saja yang sedikit tapi ingatlah ribuan kebaikan. Jangan sampai hujan sehari menhapus setahun kemarau. Perbaikilah diri masing2… kalau bisa tetaplah jaga perasaan dan pertahankan hubungan anda. Menjalin hubungan baru tak semudah membalikkan telapak tangan. Pasti masih ada cerita cinta yang dulu pernah anda jalin..Perkanlkan ke-2 keluarga masing2. Karena kita tak mungkin hanya menikahi pasangan kita tetapi kita pula harus menikahi keluarganya…

Yah masih asyik ngobrol Adzan berkumandang… Dilanjut Sholat dulu yah …

PELANTIKAN PRESIDEN

Beri Kepercayaan Pemimpin

Setalah pelantikan Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla, Senin 20 Oktober 2014 kemarin, calon nama – nama menteri menjadi sorotan publik saat ini. Rasa penasaran publik terhadap nama – nama menteri yang akan membantu pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla seolah – olah tak terbendung lagi. Tetapi publik harus lebih bersabar, karena pengumuman calon menteri yang di gadang – gadang akan di umumkan sehari setelah pelantikan presiden harus tertunda sampai hari ini. Bahkan panggung mini di Pos Belitung, Terminal III, Tanjung Priok Jakarta Utara yang dipersiapkan sejak Selasa malam (21/10) untuk menyambut kedatangan presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla harus dibatalkan (Jawa Pos, 23/10). Tertundanya kursi kabinet Joko Widodo ini dikaitkan dengan pemberian catatan merah terhadap delapan calon nama menteri oleh Komisi Pemberantas Korupsi ( KPK) serta Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).Hal tersebut menimbulkan berbagai spekulasi dari berbagai pihak yang menilai Joko Widodo, tidak tepat janji dan kurang sigap dalam mengantisipasi keterlambatan pengumuman nama – nama menteri kabinetnya.

Pada dasarnya publik tidak hanya bisa mengkontrol dan mengkritik pemerintahan saja, tetapi juga harus memberi kepercayaan (trust) dan waktu kepada pemimpin untuk menghasilkan keputusan yang sebaik-baiknya. Memang Jokowi selalu bungkam saat ditanyai nama – nama menterinya sehingga seleksi nama – nama menteri tersebut terkesan masih tertutup dan membuat masyarakat penasaran. Jika Joko Widodo kurang terbuka terkait nama – nama menterinya itu merupakan salah satu strategi diam (Silent way) yang digunakan Jokowi dimana tidak semuanya harus diungkap ke ruang publik. Jokowi menunggu waktu dan keputusan yang tepat sampai diumumkan nama – nama kebinet pemerintahannya.

Selain itu, ada pepatah Jawa yang mengatakan “alon – alon sing penting kelakon”, dan “alon – alon sing penting selamet”. Kata tersebut artinya pelan – pelan yang penting dapat terlaksana pekerjaanya dan pelan pelan yang penting selamat. Dalam memaknai sikap Jokowi saat ini, kata Jawa tersebut dapat dimaknai bahwa Jokowi melakukan tindakan pelan tapi pasti serta hati – hati dalam mengambil keputusan agar kedepannya bisa sukses dan dapat menyelamatkan rakyat dalam kepemimpinannya. Kata “selamat” disini bisa dimaksudkan selamat dari korupsi. Maklum saja di periode kepemimpinan sebelumnya rakyat disuguhi banyak koruptor yang berasal dari kalangan menteri, elite dan petinggi – petinggi negara. Sehingga rakyat berharap untuk kepemimpinan periode saat ini hal – hal tersebut tidak terjadi lagi. Oleh karena itu, demi mewujudkan menteri – menteri yang bersih dan profesional sesuai komitmennya, tindakan Jokowi untuk mengusulkan nama – nama calon menteri ke KPK dan PPATK patut diacungi jempol dan didukung penuh oleh rakyat.

Presiden memiliki waktu maksimal 14 hari untuk mengumumkan kabinetnya setelah pelantikan (Jawa Pos, 23/10). Memang lebih cepat mengambil keputusan dengan segera mengumumkan nama – nama menteri akan segera memuaskan publik yang haus dengan rasa penasarannya. Tetapi apa hanya sekedar puas yang kita dapat tanpa memikirkan kedepannya? Tentu tidak, rakyat butuh kehidupan yang lebih baik dan bebas dari korupsi yang sekarang telah terhegemoni menjadi budaya di masyarakat kita. Jadi, pengambilan keputusan secara tergesa-gesa itu tidak baik. M.Nasruddin Anshory dalam bukunya Dekonstruksi Kekuasaan menulis “ pemimpin atau administrator yang baik tidak akan tergesa – gesa dalam mengambil keputusan sehingga terkesan hanya mencoba – coba yang mengakibatkan terjadinya trial and error.

Keefektivitas manusia masa kini sering di ukur dengan kecepatan memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Padahal tanpa disadari sebagai manusia dewasa kita sering terlalu percaya diri ( over confident ) merasa diri kita benar, matang sehingga tergesa- gesa dalam mengambil keputusan. Padahal ketergesahan akan melahirkan keputusan yang prematur, ibaratnya seorang ibu yang melahirkan anak prematur, secara fisik ia akan cepat merasa ringan tetapi di lain sisi kualitas kehidupan yang berisiko kelemahan fisik dan mental pada bayi yang dilahirkan.

Jika melihat bagaimana Benjamin Franklin yang terkenal efektif dan bijaksana dalam mengambil keputusan hingga membuahkan keberhasilan. Dalam mengambil keputusan, mungkin kita tertawa mengapa Benjamin butuh tiga atau empat hari? Masih relevankah dengan situasi saat ini? Jika kita menertawakan berarti ada juga yang dapat ditertawakan dari diri kita. Untuk itu, sebaiknya publik harus memberikan kepercayaan kepada Jokowi sebagai pimpinan bangsa Indonesia yang baru dilantik empat hari kemarin. Rakyat harus mendukung pemimpinnya begitu juga Jokowi sebagai pemimpin yang diharapkan bisa mewujudkan cita –cita rakyat sehingga akan terjalin hubungan yang sinergi dengan persatuan bangsa yang kuat.

Let's Around The World